Senin, 18 Oktober 2010

pemuda dalam masyarakat

PEMUDA merupakan generasi penerus sebuah bangsa, kader bangsa, kader masyarakat dan kader keluarga. Pemuda selalu diidentikan dengan perubahan, betapa tidak peran pemuda dalam membangun bangsa ini, peran pemuda dalam menegakkan keadilan, peran pemuda yang menolak kekeuasaan.

Sejarah telah mencatat kiprah pemuda-pemuda yang tak kenal waktu yang selalu berjuang dengan penuh semangat biarpun jiwa raga menjadi taruhannya. Indonesia merdeka berkat pemuda-pemuda Indonesia yang berjuang seperti Ir. Sukarno, Moh. Hatta, Sutan Syahrir, Bung Tomo dan lain-lain dengan penuh mengorbankan dirinya untuk bangsa dan Negara.

Dalam sebuah pidatonya, Sukarno pernah mengorbakan semangat juang Pemuda apa kata Sukarno “Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kugoncangkan dunia”. Begitu besar peranan pemuda di mata Sukarno, jika ada sembilan pemuda lagi maka Indonesia menjadi negara Super Power.

Satu tumpah darah, satu bangsa dan satu bahasa merupakan sumpah pemuda yang di ikrarkan pada tanggal 28 Oktober 1928. Begitu kompaknya pemuda Indonesia pada waktu itu, dan apakah semangat pemuda sekarang sudah mulai redup, seolah dalam kacamata negara dan masyarakat seolah-olah atau kesannya pemuda sekarang malu untuk mewarisi semangat nasionalisime. Hal tersebut di pengaruhi oleh Globalisasi yang penuh dengan tren.

Sukarno, Hatta, Syahrir seandainya mereka masih hidup pasti mereka menangis melihat semangat nasionalisme pemuda Indonesia sekarang yang selalu mementingkan kesenangan dan selalu mementikan diri sendiri.

Sekarang Pemuda lebih banyak melakukan peranan sebagai kelompok politik dan sedikit sekali yang melakukan peranan sebagai kelompok sosial, sehingga kemandirian pemuda sangat sulit berkembang dalam mengisi pembangunan ini.

Peranan pemuda dalam sosialisi bermasyrakat sungguh menurun dratis, dulu bisanya setiap ada kegiatan masyarakat seperti kerja bakti, acara-acara keagamaan, adat istiadat biasanya yang berperan aktif dalam menyukseskan acara tersebut adalah pemuda sekitar. Pemuda sekarang lebih suka dengan kesenangan, selalu bermain-main dan bahkan ketua RT/RW nya saja dia tidak tahu.

Kini pemuda pemudi kita lebih suka peranan di dunia maya ketimbang dunia nyata. Lebih suka nge Facebook, lebih suka aktif di mailing list, lebih suka di forum ketimbang duduk mufakat untuk kemajuan RT, RW, Kecamatan, Provinsi bahkan di tingkat lebih tinggi adalah Negara.

Selaku Pemuda kita dituntut aktif dalam kegiatan-kegiatan masyarakat, sosialisasi dengan warga sekitar. Kehadiran pemuda sangat dinantikan untuk menyokong perubahan dan pembaharuan bagi masyarakat dan negara. Aksi reformasi disemua bidang adalah agenda pemuda kearah masyarakat madani. Reformasi tidak mungkin dilakukan oleh orang tua dan anak-anak.

Dengan penuh harapan moga pemuda-pemudi dan generasi penerus harapan bangsa dapat menjelma menjadi sukarno-sukarno masa depan dengan samangat juang yang tinggi. Sebagai motor perjuangan bangsa..ammin ya Allah

enzo

enzo
konflik sosisl dalam keluarga
Setiap konflik dalam keluarga (pertengkaran orang tua), pasti mempengaruhi pola pikir dan kelakuan anak. Apa lagi jika konflik tersebut diperlihatkan di depan anak. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi psikis anak dalam konflik rumah tangga. Seperti besarnya konflik, usia anak dan jenis kelamin anak (anak perempuan biasa lebih sensitif ketimbang anak laki-laki).

Apabila konflik yang terjadi masih kecil, orang tua pasti mampu menutupinya. Dan, anak tidak akan mengetahui masalah itu karena orangtua tidak memperlihatkan konflik di depan anak. Kecuali jika konflik sudah membesar dan orang tua tidak dapat menutupinya dari anak, akan sangat berpengaruh pada mental anak.

Konflik berkepanjangan yang terjadi pada keluarga akan membawa dampak psikologis anak saat mereka remaja. Ketika anak masih balita, mereka belum merasakan apa-apa. Namun memori otaknya akan tetap merekam setiap peristiwa yang mereka alami, meski hanya seperti mimpi. Bayang-bayang ini akan semakin jelas terpateri dalam pikiran mereka ketika beranjak remaja. Karena pada saat itu, mereka mulai mengerti realita kehidupan.

Tekanan psikis tersebut akan berujung pada depresi dan trauma bagi anak. Depresi biasanya berkelanjutan. Anak yang mengalami depresi, selalu menganggap dirinya tidak berguna atau merasa tidak bisa melakukan apa-apa. Mereka kemudian mengaitkan kekurangan diri, baik dalam bentuk materi maupun fisik dengan setiap kejadian di lingkungannya. Bahkan ada anak yang menggunakan obat-obat terlarang atau merasa ingin bunuh diri untuk mengakhiri penderitaannya.

Sementara trauma, lebih condong pada ketakutan terhadap diri sendiri dan lingkungan. Misalnya, seorang anak yang takut akan kekerasan, akan merasa ketakutan saat mendengar suara keras. Ia juga merasa ketakutan saat melihat kerumunan orang banyak.

Untuk membantu anak-anak yang mengalami depresi dan trauma karena konflik orang tua, sebaiknya melibatkan pihak ketiga. Dorongan bisa diberikan oleh orang dewasa di lingkungan keluarga besar, pembantu atau guru. Hal ini dilakukan kalau orang tuanya sudah tidak sanggup lagi memotivasi anaknya untuk bisa sembuh dari trauma dan depresi. Orang-orang ini dianggap pantas memberikan motivasi karena lebih mengetahui keseharian anak dibandingkan yang lain. Selain itu, usia mereka yang dewasa, diharapkan mampu menilai konflik dengan kepala dingin.

Segala tindakan orang tua dalam menghadapi konflik akan membuat anak meniru apa yang mereka lakukan. Seperti caci maki, tindak kekerasan dan pengusiran. Anak-anak akan melakukan hal yang sama karena mereka melihat itu dari orang tuanya. Namun jika mereka tidak berhasil, mereka akan memadukan cara yang ditempuh orang tuanya dengan cara yang mereka anggap dapat diterima akal dan pikirannya.

Jika orang tua akhirnya harus bercerai, sebaiknya anak diberi kebebasan untuk memilih sendiri, mereka mau ikut siapa. Karena anak mampu memilih mana yang terbaik. Terbaik disini bukan baik dari segi materi atau konsep yang diberikan dalam menjalankan fungsi orang tua, melainkan rasa aman dan nyaman.

Pengadilan Agama diharapkan juga mampu memutuskan yang terbaik untuk anak, bukan atas desakan orang tua saat persidangan. Kepada orang tua yang dipilih oleh anak atau pengadilan untuk mengasuh anak-anaknya, sebaiknya jangan mengekang mereka dengan pengaturan waktu kunjungan pasangan yang terlalu ketat. Karena anak akan merasa senang jika orang tua berada di sisinya, meski sudah bercerai.


MENGATASI KONFLIK DALAM RUMAH TANGGA
------
   T: Dalam kehidupan rumah tangga, dengan latar belakang suami-istri
      yang berbeda, tentu ada konflik yang kadang-kadang muncul. Sering
      kali lebih gampang memunculkan konflik daripada mengatasinya.
      Kami ingin tahu terlebih dahulu, apa yang menjadi sumber-sumber
      konflik atau penyebab konflik itu, Pak?

   J: Sudah tentu kalau membicarakan sumber konflik kita dapat
      menemukan daftar yang panjang sekali. Tapi saya kira hampir semua
      atau kebanyakan konflik mempunyai satu tema yang serupa, yaitu
      kita merasa pasangan kita tidak lagi seperti yang kita harapkan.
      Dengan kata lain, kita sering mendengar orang berkata: "Engkau
      tidak hidup seperti yang aku harapkan." Bentuk dan wujudnya bisa
      berbeda-beda, tapi saya kira salah satu akarnya adalah ini.

------
   T: Mungkin harapan kita terhadap pasangan kita terlalu tinggi atau
      kita tidak pernah mengkomunikasi harapan itu kepadanya.
J: Nah, di sini muncul satu kata kunci yaitu harapan. Jadi, saya percaya setiap kita ketika menikah sebenarnya membawa sekantong harapan yang akhirnya kita bebankan pada pasangan kita untuk dipenuhi. Nah, kita boleh menyadarinya atau tidak, tetapi yang pasti kita masuk ke pernikahan membawa harapan-harapan ini. ------ T: Tapi, apakah harapan itu seharusnya dikomunikasikan untuk mengurangi tingkat konflik itu? J: Seyogyanya sebelum menikah, suami dan istri dapat membicarakan apa-apa yang diharapkan. Harapan-harapan itu dikomunikasikan dan mulai mencoba memenuhinya, kalau tidak bisa memenuhinya perlu dibicarakan atau dikompromikan. Memang kita tidak bisa membicarakan harapan dengan tuntas tapi setidak-tidaknya harus ada sebagian besar atau garis besar harapan yang telah terungkapkan. Yang berbahaya adalah kalau harapan-harapan ini tidak pernah dibicarakan, karena ada anggapan ini tidak penting atau nanti akan beres dengan sendirinya. Lalu mereka menikah. Setelah menikah barulah harapan-harapan itu muncul karena harapan- harapan tersebut ternyata memang ada. Waktu harapan-harapan itu tidak dipenuhi kita menjadi sangat jengkel. ------ T: Lalu bagaimana kalau sudah sama-sama marah ... emosi biasanya lebih dahulu mengendalikan kita, ya? J: Betul. Nah, pada waktu marah, yang penting adalah kita menyadari bahwa kita marah sebetulnya karena kita menganggap pasangan kita gagal memenuhi tuntutan kita dan yang satunya akan berkata kita gagal untuk mengerti dia. Akhirnya kita menganggap kegagalan memenuhi tuntutan dan kegagalan mengerti sebagai suatu pelanggaran. Nah, kita akan masuk ke firman Tuhan untuk melihat metode penyelesaiannya. Saya akan membuka Galatia 6:1, "Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan." Kata pelanggaran yang digunakan dalam ayat tersebut sebetulnya berarti jatuh atau mengambil langkah yang salah. Memang dalam konteks Galatia 6, yang sedang dibicarakan Paulus adalah kejatuhan manusia ke dalam dosa. Namun konsep ini bisa diterapkan juga dalam keluarga, jadi maksud saya adalah pasangan kita atau anak kita bisa jatuh, bisa gagal memenuhi tuntutan kita. Apa yang harus kita lakukan ketika menemukan pasangan atau anak kita bisa jatuh, bisa gagal memenuhi tuntutan atau harapan kita? Yang pertama adalah Tuhan tidak memerintahkan kepada kita untuk memarah-marahi pasangan kita atau anak kita. Firman Tuhan malah meminta kita harus memimpin orang itu ke jalan yang benar. Kata memimpin ke jalan yang benar sebetulnya berasal dari istilah medis dalam bahasa aslinya. Istilah medis yang diterjemahkan menjadi merestorasi, memulihkan, atau mengembalikan ke keadaan semula. Istilah medis sesungguhnya berarti meluruskan tulang yang patah, jadi Tuhan meminta kita untuk meluruskan tulang yang patah itu atau orang yang gagal hidup sesuai dengan harapan yang kita minta darinya. Jadi inilah langkah yang Tuhan minta. Berikutnya adalah Tuhan memberikan syaratnya, siapa yang boleh memimpin orang ke jalan yang benar? Tuhan berkata 'orang yang rohani'. Saya mengambil definisi 'orang yang rohani' dari Galatia 5:22-23 yang kita juga sudah kenal, yaitu orang yang mempunyai buah Roh, yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri. Ayat 25 berkata bahwa jika kita hidup oleh Roh baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh. Jadi maksud 'orang yang rohani' adalah orang yang hidupnya dipimpin oleh Roh. ------ T: Salah satu buah Roh yang disebutkan adalah kelemahlembutan. Biasanya di dalam pertengkaran kalau ada salah satu yang mulai bersikap lemah lembut, konflik itu akan cepat diredakan. J: Tepat sekali Pak. Jadi Tuhan menambahkan syarat perawatannya yaitu dilakukan dalam roh lemah lembut, bukankah tulang yang retak kalau diperlakukan dengan kasar malah patah. Jadi orang yang dalam keadaan gagal atau jatuh kita marah-marahi atau perlakukan dengan kasar, biasanya makin parah. Termasuk pasangan atau bahkan anak-anak kita, waktu mereka jatuh kalau kita kasari, mereka makin parah. Kenapa Tuhan meminta kita untuk bersikap lemah lembut? Karena kita semua sama-sama rawannya, jadi Tuhan berkata agar kita sama-sama menjaga diri supaya jangan kena pencobaan.
Sumber
Halaman:
--
Judul Artikel:
TELAGA - Kaset T068A (e-Konsel Edisi 015)
Penerbit:
--